Hadiri Malam Puncak HSN di Bantaran, Rektor UNZAH Ungkap Peran Penting Seorang Santri

Dipublikasikan

UNZAH GENGGONG- Rektor Universitas Islam Zainul Hasan (UNZAH) Genggong Dr. Abdul Aziz Wahab, B.A., M.Ag., CH., CHT., menghadiri malam puncak peringatan Hari Santri Nasional  (HSN) yang digelar MWCNU Bantaran, Kabupaten Probolinggo di halaman Masjid Besar Sabilillah pada hari Ahad 30/10 yang lalu.

Hadir pada acara yang dikemas dengan Istighotsah Kubro ialah seluruh jajaran PCNU Kabupaten Probolinggo.

Di antaranya Kiai Abd Hamid, dan Wakil Rois PCNU, KH Nurhotim Bahar yang sekaligus memimpin jalannya Istighotsah.

Selain itu, hadir pula jajaran pengurus MWCNU dan Ranting se-wilayah Kecamatan Bantaran.

Dr. Abdul Aziz Wahab, BA., M.Ag., CH. CHT., dalam tausyiahnya pada moment itu memaparkan peran santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI

Menurutnya, pada tanggal 22 Oktober 1945 bertempat di Surabya, hadarotusyaikh K.H. Hasyim Asyari mengeluarkan fatwah mengenai resolusi jihad atas permintaan Presiden pertama yang sedang mengalami keresahan dalam menghadapi agresi Belanda dan tentara sekutu.

Resolusi jihad itu keluar karena melihat keresahan yang dirasakan oleh para santri dan kiai mengenai penjajahan Belanda dan tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang  ingin menjajah kembali Indonesia pasca kemerdekaan.

Dalam fatwa jihad itu K.H. Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa Membela tanah air melawan penjajah hukumnya fardu ‘ain. Ummat islam yang meninggal dalam perjuangan tersebut adalah mati syahid.

Atas dasar fatwa itu, para santri dari berbagai daerah Madura, Pasuruan Surabaya, sidoarjo, mojokerto, Jombang bergegap gempita dengan yakin dan percaya diri LILLAHI TAALA menyambut kedatangan pasukan NICA yang berjumlah ribuan dengan senjata yang sangat lengkap dengan komando Brigadir Jendral Mallaby dari Ingris.

Pada tanggal 26 Oktober pertempuran dimulai, di situlah para santri dan masyarakat Surabya sudah mulai ada perlawanan  dengan menggunakan senjata apa adanya, mereka yakin dengan adanya fatwa dan semangat para santri, Negara Indonesia akan tetap menang melawan musuhnya, sehingga mereka bisa mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia.

“Maka dari itu sangatlah pantas jika pada tanggal 22 Oktober disahkan dan selalu diperingati sebagai  Hari Santri Nasional, agar rakyat Indonesia kembali mengenang dan mengingat perjuangan dan meneladani semangat jihad membela tanah air sebagi hubbul waton minal iman dari seorang santri yang digelorakan oleh para ulama’.” terangnya kumudian beliau tutup acara tersebut dengan do’a. (rfq)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


*